Hong Kong: “Satu Negara Dua Sistem” Menjelang 2047

Tahun 2022, Hong Kong yang merupakan salah satu daerah paling kompetitif di dunia telah 25 tahun kembali ke kedaulatan Tiongkok dari Inggris. Dalam pidato pada perayaan kembalinya Hong Kong ke Tiongkok pada 1 Juli 2022 Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan bahwa:

“Pemerintah Pusat (Beijing – penulis) mendukung sepenuhnya Hong Kong dalam mempertahankan status dan kekuatan uniknya dalam jangka waktu yang panjang untuk mengkonsolidasikan perannya sebagai pusat finansial, pelayaran, dan perdagangan dunia, untuk mempertahankan lingkungan bisnisnya yang bebas, terbuka, dan sehat, untuk mempertahankan sistem hukumnya, serta untuk memperluas hubungan dengan belahan dunia lain dengan lancar dan mudah”.

Hong kong Setelah 25 Tahun Kembali ke Pangkuan Tiongkok

Kamis, 30 Juni 2022 dapat dianggap sebagai hari yang penting bagi sejarah kontemporer Hong Kong, khususnya sejak kota metropolitan ini menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok (berikutnya disebut sebagai Tiongkok) pada 1997. Pada hari itu, Presiden Xi Jinping bersama Ibu Negara Peng Liyuan melakukan lawatan dua hari ke kota itu dalam rangka peringatan 25 tahun kembalinya Hong Kong ke pangkuan Tiongkok.

Dibandingkan dengan kunjungan Presiden Xi sebelumnya, yaitu pada tahun 2017,  lawatan kali ini terbilang jauh lebih sederhana. Namun peringatan ke-25 tahun ini memiliki makna krusial bagi masa depan Hong Kong mengingat 25 tahun merupakan periode pertengahan menuju integrasi utuh Hong Kong dengan Tiongkok, yang berdasarkan pernyataan bersama Inggris dan Tiongkok akan dilaksanakan 50 tahun sesudah pengembalian Hong Kong kepada Tiongkok.

Bagaimana tanggapan media mengenai hal ini? Bagaimana pula persepsi publik terhadap masa depan Hong Kong? Apakah prinsip “Satu Negara Dua Sistem” yang Tiongkok terapkan sejak 1997 masih relevan dengan situasi Hong Kong masa kini dan di masa depan? Artikel singkat ini akan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan di atas.