Dilansir dari sejumlah media, antara lain detik.com, sindonews.com, tribunnews.com, wartaekonomi, viva.co.id, kompas.com, mediaindonesia,com, naturhoy.com, cna.com, 1tulah.com, newsroom.id, harianaceh.co.id, jpnn.com, adilnews.com, Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI), Johanes Herlijanto menyampaikan pentingnya perspektif Indonesia dan Filipina mengingat isu Laut China Selatan (LCS) mengalami eskalasi dalam satu atau dua tahun terakhir, khususnya hubungannya dengan Filipina.
Menurutnya, sikap agresif China itu terlihat dari penerapan taktik yang dikenal sebagai taktik “zona abu-abu” (grey zone) terhadap negara-negara yang memiliki kedaulatan maupun hak berdaulat di perairan LCS. Johanes mengungkapkan bahwa pengakuan kepemilikan China hanya berdasarkan klaim sejarah, dan bertentangan dengan hukum laut internasional, khususnya Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang telah diratifikasi oleh China sendiri.
Alih-alih mematuhi UNCLOS, China malah berupaya merealisasikan pengakuan kepemilikannya dengan menjalankan taktik grey zone, melibatkan tiga komponen yang sebenarnya masih berada di bawah kendali Komite Militer Pusat (CMC) pimpinan langsung Presiden Xi Jinping, yaitu milisi maritim yang beroperasi sebagai nelayan-nelayan sipil, penjaga Pantai (Coast Guard) China, dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat.
Dari perspektif Filipina, Commodore Jay T Tarriela, Juru Bicara Philippine Coast Guard (PCG) untuk Laut Filipina Barat dan Staf Khusus Komandan Laut Filipina Barat, mengemukakan secara detail strategi transparansi yang diambil oleh pemerintah Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Bongbong Marcos, Jr. Strategi ini bertujuan untuk mengekspos aksi-aksi agresif China di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Ia menjelaskan, instansi-instansi penegakan hukum di Filipina bersatu dan bahkan melibatkan awak media untuk turut serta memantau patroli bersama. Oleh karena itu, rakyat Filipina dapat mendengar fakta-fakta kebenaran dari pemerintah terkait realita yang ada.
Selain pentingnya memperoleh dukungan dari masyarakat, Tarriela beranggapan bahwa penting juga bagi Filipina untuk memperoleh dukungan dari negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Ia berpendapat, negara-negara di kawasan ini harus pula mengekspos tindakan-tindakan agresif China karena negara-negara kawasan, seperti Indonesia, Malaysia, dan bahkan Vietnam, telah menjadi sasaran dari tindakan agresif tersebut.
Sementara itu, Laksamana Pertama Eka Satari, Direktur Kerja Sama Badan Keamanan Laut (Bakamla) Republik Indonesia, juga menekankan pentingnya kerja sama antara aparat penegak hukum dari berbagai negara ASEAN menghadapi sikap China di LCS. Menurut Laksma Eka Satari, tak ada satu pun negara yang dapat menangani isu maritime sendirian. Oleh karenanya, ia berpandangan bahwa kerja sama antar negara sangatlah diperlukan.
Laksamana Satari kemudian juga merujuk upaya kerja sama yang telah dilakukan, yaitu Forum Penjaga Pantai ASEAN (ASEAN Coast Guard Forum) yang digagas sejak 2022. Forum ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dalam membangun kapasitas, patroli maritim, dan operasi antara instansi penjaga pantai negara-negara ASEAN. Lebih jauh dia menjelaskan, Indonesian Coast Guard merupakan bagian dari pertahanan dan sering kali menjadi institusi sipil pertama yang melakukan defense atau respons pertama saat terjadinya pelanggaran kedaulatan di laut.
Sependapat dengan Laksma Eka Satari, Mohammad Riza Widyarsa, dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Paramadina, menilai kerja sama antara instansi penegak hukum dan keamanan negara-negara ASEAN sangat dibutuhkan dalam menghadapi konstelasi di LCS saat ini, dan mengandalkan AS saja tidak cukup. Riza menuturkan bahwa kerja sama antara negara-negara yang memiliki kepentingan sama dengan Indonesia dan Filipina akan dapat meredam perilaku agresif China di LCS.
Selain ASEAN Coast Guard Forum, Muhammad Riza juga menjelaskan pada tahun 2013 telah dibentuk “Inisiatif Hukum Laut Asia Tenggara” (Southeast Asia Maritime Law Initiative) yang merupakan inisiatif kerja sama antara instansi penegakan hukum laut Amerika Serikat (AS), Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Malaysia.
Akhir kata, Johanes Herlijanto berpendapat negara-negara ASEAN diimbau untuk tidak lagi bersikap diam menghadapi sikap agresif China di LCS. Alih-alih berdiam diri, negara-negara ASEAN justru perlu meningkatkan kerja sama internal, sambil masing-masing memperkuat kapasitas pertahanannya. Dengan demikian, maka upaya negara-negara ASEAN untuk mencegah tindakan agresif China tak lagi semata-mata bergantung pada kekuatan-kekuatan luar kawasan, tetapi pada solidaritas antar negara-negara ASEAN, yang diperkuat oleh dukungan publik dari masing-masing negara.
Sumber:
- https://news.detik.com/berita/d-7459284/negara-negara-asean-diimbau-bersatu-hadapi-aksi-agresif-china
- https://adilnews.com/internasional/coast-guard-negara-negara-asean-diimbau-bersatu-hadapi-agresivitas-china-di-lcs/
- https://edukasi.sindonews.com/newsread/1423229/211/dosen-paramadina-kerja-sama-negara-asean-redam-aksi-agresif-china-di-laut-china-selatan-1721974079
- https://www.viva.co.id/amp/english/1736155-chinese-aggression-and-maritime-security-in-the-south-china-sea
- https://m.jpnn.com/amp/news/negara-negara-asean-diimbau-bersatu-untuk-hadapi-aksi-agresif-china
- https://www.harianaceh.co.id/2024/07/26/hadapi-aksi-agresif-cina-negara-negara-asean-dihimbau-bersatu/
- https://newsroom.id/2024/07/hadapi-aksi-agresif-tiongkok-negara-asean-diminta-bersatu/
- https://1tulah.com/2024/07/26/sikap-diam-asean-beri-ruang-china-lakukan-bullying-di-laut-china-selatan-pakar-peringatkan-dampak-negatif/
- https://wartaekonomi.co.id/read540245/hadapi-aksi-agresif-cina-negara-negara-asean-dihimbau-bersatu
- https://www.kompas.com/edu/read/2024/07/26/151249371/forum-sinologi-dan-universitas-paramadina-kerja-sama-asean-kunci-tangani-isu
- https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2024/07/26/negara-negara-asean-dihimbau-bersatu-hadapi-aksi-agresif-china-di-laut-cina-selatan
- https://www.suara.com/bisnis/2024/07/26/071129/hadapi-aksi-agresif-cina-negara-negara-asean-dihimbau-bersatu